Halaman

Minggu, 10 Oktober 2010

Tiga Tahun Pemerintahan Gubernur DKI Jakarta, Foke Hanya Jago “Omdo”


Jakarta, Warta Otonomi
Beberapa kalangan menilai kepemimpinan Fauzi Bowo sebagai Gubernur DKI Jakarta jauh dari harapan. Selama tiga tahun Fauzi menjadi orang nomor satu di Ibu Kota, banyak program utama justru mandek dan tidak sesuai dengan janji kampanye. Artinya, Foke sapaan akrab Gubenur hanya jago di omongan doing alias “Omdo”.  "Ternyata hanya bagus di awal pemerintahan. Realisasinya, banyak yang terbengkalai," kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta Sayogo Hendrosubroto kemarin.
Menurut Sayogo, program yang tidak terurus justru program untuk mengatasi persoalan penting Jakarta, yaitu banjir, transportasi, sampah, dan tata ruang. Menurut dia, koordinasi antara DKI Jakarta dan daerah penopang, seperti Bogor, Depok, Bekasi, serta Tangerang, tidak berjalan. "Dulu sempat ada, namun (kini) tidak ada perkembangannya," kata Sayogo. Drainase juga dinilai masih amburadul.
Soal transportasi, menurut dia, kemacetan masih menjadi momok bagi pengguna jalan. Transjakarta belum optimal, sehingga masyarakat masih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Sedangkan dalam hal tata kota, pembangunan pusat perekonomian, keramaian, serta permukiman masih terkumpul di pusat Jakarta.
Ahli tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, berpendapat pemerintah Gubernur Fauzi Bowo minim inisiatif. Menurut dia, sejumlah program merupakan limpahan pemerintahan sebelumnya. "Fauzi Bowo tidak layak mengklaim keberhasilan. Program unggulan, seperti kanal banjir dan busway, digagas pemerintah sebelumnya," ujar Yayat.
Soal tata ruang wilayah, kata Yayat, pemerintah Fauzi masih memiliki sejumlah kelemahan. Hal itu tampak dari banyaknya penyimpangan tata ruang wilayah, seperti di Jalan Antasari. Di sana, penyegelan sejumlah tempat usaha tidak jelas penyelesaiannya. "Penyimpangan bisa dibuktikan pula dari rencana pembangunan pusat perbelanjaan di bekas Taman Ria, Senayan," kata Yayat.
Perihal lingkungan hidup, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Jakarta Ubaidillah menyatakan, meski memiliki konsep gemilang, aplikasi program pemerintah provinsi belum maksimal. "Go Green masih sebatas slogan dan tidak menyentuh hal substansial," kata Ubaidillah. Ia mencontohkan kasus reklamasi pantai utara Jakarta, yang telah merusak ekologi, khususnya Jakarta Utara.
Komunitas pengguna sepeda tidak ketinggalan menagih janji pemerintah provinsi menyediakan lajur untuk sepeda. Jalur sepeda, kata Chandra Meizir, pendiri Komunitas Ontel Batavia, dinilai akan mampu membantu mengurai kemacetan.
Menurut Chandra, saat ini ada sekitar 800 ribu unit sepeda di Jakarta. "Kalau rutenya ditata rapi, banyak masyarakat yang akan beralih menggunakan sepeda."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar